Menjadi Saksi Ahli didalam Persidangan

Saksi Ahli adalah orang yang mempunyai kepakaran di bidang ilmu pengetahuan tertentu, yg keterangannya diperlukan dalam persidangan MK. Saksi Ahli tidak menerangkan fakta atau peristiwa, tetapi ia menerangkan sesuatu yg ditanyakan dalam sidang sesuai keahliannya.

Definisi lain disebutkan dalam pada pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) bahwa “Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan”.

Terkait kasus perkara pidana, keterangan ahli diatur dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”) yang menyatakan bahwa alat bukti yang sah dalam pengadilan pidana salah satunya adalah keterangan ahli. Lebih lanjut Pasal 186 KUHAP yang mengatakan bahwa keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Syarat Menjadi Saksi Ahli

Dalam kitab hukum Indonesia, salah satunya KUHAP tidak mengatur khusus mengenai apa syarat didengarkannya keterangan ahli dalam pemeriksaan di pengadilan. Adapun yang disebut dalam KUHAP adalah “selama ia (yang menjadi saksi ahli) memiliki ‘keahlian khusus’ tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana dan diajukan oleh pihak-pihak tertentu, maka keterangannya bisa didengar untuk kepentingan pemeriksaan”. Keahlian Khusus tersebut dapat diperoleh seseorang baik melalui pendidikan formal maupun non-formal, dan bisa juga melalui sertifikasi dalam bidang terkait keahlian serta pengalaman-pengalaman yang dimiliki.

Menurut Debra Shinder (2010), yang mengungkapkan beberapa faktor dan kriteria yang dapat digunakan sebagai syarat didalam menjadi saksi ahli, antara lain adalah :

  1. Gelar pendidikan tinggi atau pelatihan lanjutan di bidang tertentu;
  2. Mempunyai spesialisasi tertentu;
  3. Pengakuan sebagai guru, dosen, atau pelatih dibidang tertentu;
  4. Lisensi Profesional, jika masih berlaku;
  5. Ikut sebagai keanggotaan dalam suatu organisasi profesi; posisi kepemimpinan dalam organisasi tersebut lebih bagus;
  6. Publikasi artikel, buku, atau publikasi lainnya, dan bisa juga sebagai reviewer. Ini akan menjadi salah satu pendukung bahwa saksi ahli mempunyai pengalaman jangka panjang;
  7. Sertifikasi teknis;
  8. Penghargaan atau pengakuan dari industri.

Sikap (Attitude) Sebagai Saksi Ahli Dalam Persidangan

Feder [5] merangkum ada beberapa sikap yang harus dipatuhi oleh saksi ahli dalam suatu persidangan dan bagaimana saksi ahli menjawab pertanyaan yang diajukan hakim dalam persidangan agar tidak melanggar kode etik.

Pedoman berikut ini dapat membantu kesaksian saksi ahli menjadi lebih efektif, lebih persuasif, dan tidak rumit. Saran yang dibuat Feder ini didasarkan pada pengalaman persidangan banyak saksi ahli dalam banyak kasus yang
berbeda.

Saran-saran tersebut antara lain :

1) Katakan kejujuran yang ada
2) Persiapkan ulang kesaksian dengan meninjau kembali fakta yang ada
3) Ingat, bahwa sebagian besar pertanyaan dapat dijawab denagn :
– “Ya”
– “Tidak”
– “Saya tidak tau”
– “Saya tidak ingat”
– “Saya tidak mengerti pertanyaannya”
– Atau dengan menyatakan satu fakta saja
4) Jawab “Ya” dan “Tidak” ketika dirasa cukup dengan menjawab itu.
5) Batasi jawaban atas pertanyaan yang ada untuk mempersempit pertanyaan selanjutnya. Kemudia berhenti berbicara
6) Jangan pernah memberikan informasi atau jawaban yang tidak ditanyakan.
7) Jangan berasumi bahwa jawaban harus diberikan setiap pertanyaan
8) Berhati-hati dengan pertanyaan berulang dengan topik yang sama
9) Selalu bersabar
10) Berbicara perlahan, jelas, dan natural
11) Postur tubuh ke depan, tegak, dan waspada
12) Berikan jawaban secara lisan, jangan mengangguk atau gerakan sejenisnya sebagai pengganti jawaban atas pertanyaan yang diberikan
13) Jangan takut untuk meminta klarifikasi atas pertanyaan yang tidak jelas
14) Jangan takut untuk diperiksa pengacara
15) Harus memberikan bukti yang akurat untuk semua hal, termasuk hasil lab.
16) Batasi jawaban untuk fakta pribadi saksi ahli
17) Berikan informasi yang diminta saja, jangan berikan opini atau perkiraan kecuali merema minta.
18) Berhati-hati untuk pertanyaan yang menyertakan kata “sebenarnya” atau “sepenuhnya”
19) Ingat bahwa semua jawaban harus pasti tanpa terkecuali
20) Berhati-hati tentang waktu, lokasi, dan jarak perkiraan
21) Jangan memberikan jawaban perkiraan jika jawabannya tidak diketahui
22) Jangan mengelakkan pertanyaan, berdebat, atau menebak pertanyaan pengacara
23) Akui jika kesaksian yang akan dibahas ini sudah dibahas sebelumnya, jika itu terjadi
24) Jangan menghafalkan cerita
25) Hindari jawaban seperti “saya pikir”, “saya kira”, “saya percaya”, “menurut asumsi saya”
26) Bersikap santai, tapi tetap selalu siap setiap saat
27) Jangan menjawab terlalu cepat, ambil nafas tenang (tarik nafas) sebelum menjawab setiap pertanyaan
28) Jangan melihat ke pengacara yang dibantu selama memberikan kesaksian
29) Pastikan setiap pertanyaan sepenuhnya dipahami sebelum menjawab. Waspadalah “trik” pertanyaan
30) Jangan menjawab, jika tidak diperintahkan
31) Jangan pernah bercanda selama proses persidangan
32) Jangan membesar-besarkan jawaban, meremehkan, atau meminimalkan jawaban
33) Berpakaian yang sopan dan bersih, disarankan untuk menggunakan pakaian bisnis
34) Harus serius sebelum, ketika, dan setelah persidangan
35) Jika membuat kesalahan, perbaiki segera
36) Tetap diam jika pengacara keberatan selama pemeriksaan
37) Mendengarkan dengan cermat dialog antara pengacara
38) Hindari sikap yang menunjukkan kegelisahan atau gerogi
39) Jangan menggunakan bahasa teknis, gunakan bahasa awam yang dipahami peserta sidang
40) Berbicara dengan sederhana
41) Tidak membahas kasus di lorong atau di toilet persidangan
42) Jangan berbicara dengan pihak lawan, pengacara,atau juri
43) Katakan kejujuran yang ada

Sikap jujur merupakan hal yang paling dikedepankan didalam menjadi seorang saksi Ahli, sehingga kesaksian yang di sampaikan dapat menjadi pertimbangan lebih di pengadilan.

Teknik didalam Bersaksi Sebagai Saksi Ahli

Ketika bersaksi, hindari menggunakan istilah teknis atau mencoba untuk “terdengar cerdas.” Sebaiknya Menjelaskan hal-hal dalam bahasa sederhana yang bisa dimengerti orang non-teknis. Menggunakan kata-kata sederhana dan analogi untuk menjelaskan konsep-konsep yang cukup sulit.

Berikut adalah beberapa tips untuk bersaksi secara efektif:

  1. Dalam kesaksian langsung (ketika ditanyai oleh pengacara yang disebut Anda untuk bersaksi), menjawab hanya pertanyaan yang diajukan. Jangan menjelaskan tentang masalah tersebut sampai atau kecuali Anda diminta untuk melakukannya. Jika Anda bertanya pertanyaan ya atau tidak, menjawab dengan “ya” atau “tidak” tanpa disertai dengan penjelasan. Jika pengacara ingin Anda mengatakan lebih, Anda akan diminta untuk menjelaskan.
  2. Jika Anda tidak tahu jawaban atas pertanyaan, katakan juga sejujurnya. Jangan membuat sesuatu atau menghindari pertanyaan. Jangan menawarkan pendapat yang tidak dalam bidang keahlian Anda.
  3. Jika Anda tidak mengerti pertanyaan, meminta klarifikasi dan tidak menjawabnya sampai Anda yakin Anda mengerti.
  4. Pilih kata-kata Anda dengan hati-hati. Pastikan untuk mengatakan dengan tepat apa yang Anda maksud.
  5. Baik didalam pengujian langsung dan pengujian silang, jika seorang pengacara keberatan dengan pertanyaan yang Anda tanyakan, jangan menjawab pertanyaan sampai aturan hakim atas suatu keberatan.
  6. Gunakan alat bantu visual (white board, video, foto, slide, demonstrasi komputer, dll) untuk membantu menjelaskan konsep yang sulit, menunjukkan bagaimana tugas tertentu dilakukan, atau menunjukkan hubungan item untuk satu sama lain.
  7. Dapat membuat cadangan pendapat dan kesimpulan dengan data keras.

Infografis terkait dengan Syarat menjadi Saksi Ahli

Syarat-syarat menjadi saksi ahli


Refrensi

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.